POLEWALI MANDAR, iNewspolman.id — Kelangkaan bahan bakar minyak (BBM) jenis solar di sejumlah Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) di Kabupaten Polewali Mandar (Polman), Sulawesi Barat, kian mengkhawatirkan.
Kondisi ini memicu antrean panjang kendaraan angkutan barang dan mengancam kelancaran distribusi logistik, terutama menjelang Natal dan Tahun Baru (Nataru).
Informasi yang dihimpun, stok solar di SPBU Wonomulyo, SPBU Polewali, dan SPBU Sarampu dilaporkan kosong total.
Sementara itu, SPBU Campalagian dan Tinambung hanya menyisakan stok terbatas yang diperkirakan segera habis.
Krisis ini diperparah dengan kondisi serupa di Kabupaten Mamasa, di mana SPBU setempat telah kehabisan solar sejak beberapa hari terakhir.
Akibatnya, antrean truk kini terpusat di SPBU Pekkabata, Polewali. Barisan kendaraan berat tampak mengular hingga mencapai dua kilometer, menyesaki badan jalan dan mengganggu arus lalu lintas.
Pengawas SPBU Polewali, Erwin, mengungkapkan antrean panjang ini sudah terjadi hampir sepekan terakhir. Ia menyebut, keterbatasan pasokan menjadi penyebab utama kelangkaan solar di wilayah tersebut.
“Antrean truk sudah terjadi sejak sepekan terakhir. Ada beberapa SPBU yang stoknya habis, sementara jatah harian kami sangat terbatas,” kata Erwin saat dikonfirmasi. Sabtu (20/12)
Kelangkaan bahan bakar minyak jenis solar di sejumlah Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum di Kabupaten Polewali Mandar (Foto: Basribas)
Menurutnya, SPBU Polewali hanya menerima pasokan sekitar 8 kiloliter solar per hari. Jumlah tersebut dinilai jauh dari cukup untuk melayani kebutuhan kendaraan angkutan yang terus mengantre setiap hari.
“Kalau tidak ada tambahan pasokan, stok solar untuk menghadapi Natal dan Tahun Baru dipastikan tidak akan terpenuhi,” ujarnya.
Keluhan serupa disampaikan para sopir truk. Rahman, salah satu sopir yang ditemui di lokasi, mengaku sudah mengantre sejak pukul 06.00 Wita, namun hingga pukul 13.00 Wita belum juga mendapat giliran mengisi solar.
“Kami berharap ada penambahan stok. Kalau solar habis, distribusi barang terhenti dan kami tidak bisa bekerja,” ungkapnya.
Di SPBU Wonomulyo, situasi tak kalah memprihatinkan. Ismail, sopir truk pengangkut beras, mengaku telah menunggu pasokan solar selama tiga hari berturut-turut.
Kelangkaan ini berdampak langsung pada jadwal distribusi beras ke Kota Palu yang biasanya dilakukan tiga kali dalam sebulan.
“Sudah tiga hari kami menunggu, belum ada solar datang. Ini jelas mempengaruhi penghasilan kami,” kata Ismail.
Pihak pengelola SPBU Wonomulyo membenarkan kondisi tersebut. Salah satu staf menyebut, stok solar di SPBU mereka telah kosong selama tiga hari terakhir. Upaya pengajuan penambahan pasokan pun terkendala kuota.
“Kami sudah ajukan penambahan ke BPH Migas, tapi tidak bisa diproses karena kuota tahun ini sudah habis,” ujarnya singkat.
Antrean truk kini terpusat di SPBU Pekkabata, Polewali. Barisan kendaraan berat tampak mengular hingga mencapai dua kilometer. (Foto: Basribas)
Pantauan di lapangan menunjukkan kontras mencolok. Area pengisian solar tampak lengang tanpa aktivitas, sementara antrean kendaraan roda dua dan mobil pribadi justru memadati dispenser Pertalite dan Pertamax.
Di sisi lain, truk dan pikap terlihat berjejer panjang di bahu jalan depan SPBU, menunggu kepastian pasokan.
Kelangkaan solar ini menjadi alarm serius bagi perekonomian Polewali Mandar. Sebagai daerah yang bergantung pada sektor distribusi hasil pertanian, perikanan, perdagangan, dan logistik antarwilayah, tersendatnya pasokan solar berpotensi memicu keterlambatan distribusi barang, kenaikan biaya operasional, hingga lonjakan harga kebutuhan pokok.
Jika tidak segera ditangani, krisis energi ini dikhawatirkan akan menekan aktivitas ekonomi masyarakat dan mengganggu stabilitas ekonomi daerah menjelang momentum Nataru yang seharusnya menjadi periode peningkatan perputaran ekonomi.
Editor : Huzair.zainal
Artikel Terkait
