MBG Dirapel Saat Libur Sekolah, Menu Kemasan Disorot: Gizi Anak Polman Dipertaruhkan?
POLEWALI MANDAR, iNewspolman.id – Program Makan Bergizi Gratis (MBG) di sejumlah sekolah di Kabupaten Polewali Mandar (Polman), Sulawesi Barat, menuai sorotan tajam publik. Perbincangan hangat merebak di berbagai platform media sosial, dipicu praktik pembagian MBG yang dinilai janggal dan menyimpang dari tujuan utama pemenuhan gizi anak sekolah.
Sejumlah unggahan warganet menyoroti pembagian MBG yang dilakukan secara rapel, yakni satu kali distribusi dengan porsi untuk tiga hari ke depan.
Bahkan, MBG dilaporkan tetap dibagikan saat masa libur sekolah, memantik pertanyaan besar terkait dasar aturan dan petunjuk teknis (juknis) pelaksanaannya.
Dalam sebuah percakapan di media sosial Facebook, seorang pengguna menuliskan, “Anak saya masih menerima MBG pada saat libur sekolah.” Unggahan tersebut langsung menuai beragam tanggapan, sebagian besar mempertanyakan urgensi dan legalitas pembagian MBG di luar hari belajar efektif.
Sorotan publik semakin menguat setelah beredar foto dan video jenis makanan yang dibagikan pengelola MBG.
Terlihat roti kemasan yang diduga mengandung bahan pengawet, pisang yang belum matang, susu manis kemasan, serta apel.
Kondisi ini dinilai bertolak belakang dengan prinsip gizi seimbang dan keamanan pangan bagi anak-anak.
Salah seorang orang tua siswa sekolah dasar di Kecamatan Polewali, berinisial AR, mengungkapkan kepada wartawan bahwa anaknya tetap menerima MBG setiap hari. Namun, pada hari tertentu anak tersebut membawa bekal sendiri dari rumah.
“Anak saya tiap hari terima MBG, tapi hari ini bawa bekal sendiri karena kemarin sudah dapat tiga porsi sekaligus,” ujar AR, Sabtu (20/12).
Praktik ini memunculkan pertanyaan krusial di tengah masyarakat: Apakah juknis MBG memperbolehkan sistem rapel?
Apakah susu dan roti kemasan yang berpotensi mengandung bahan pengawet aman untuk dikonsumsi rutin oleh anak-anak?
Bagaimana dengan buah pisang yang belum matang, apakah tidak berisiko bagi kesehatan pencernaan siswa?
Program MBG sejatinya dirancang untuk mendukung tumbuh kembang anak melalui asupan gizi yang segar, higienis, dan aman. Namun, temuan di lapangan justru menimbulkan kekhawatiran baru.
Sejumlah warganet menilai, penyajian makanan kemasan dan buah yang belum layak konsumsi mencerminkan lemahnya pengawasan serta minimnya perhatian terhadap standar kesehatan pangan.
Hingga berita ini diturunkan, belum ada penjelasan resmi dari pihak pengelola MBG maupun instansi terkait mengenai dasar aturan pembagian rapel, standar menu, serta mekanisme pengawasan kualitas makanan yang disajikan kepada siswa.
Program Makan Bergizi Gratis tidak boleh direduksi sekadar menjadi proyek distribusi makanan massal yang mengejar efisiensi dan keuntungan semata. Anak-anak bukan objek uji coba pangan murah dan praktis.
Penyajian MBG harus berlandaskan aturan yang jelas, pengawasan ketat, serta prinsip higienitas dan keamanan pangan.
Pemerintah dan pengelola MBG dituntut bertanggung jawab memastikan setiap menu yang disajikan benar-benar sehat, layak konsumsi, dan mendukung kualitas generasi masa depan—bukan justru menanamkan risiko kesehatan sejak dini.
Editor : Huzair.zainal