Polman Tubuh yang Lelah: PAD Seret, Mutasi Birokrasi Jadi Obat atau Luka Baru?
POLEWALI MANDAR, iNewsPolman.id – Polewali Mandar (Polman) kini digambarkan sebagai tubuh yang hidup, tetapi tampak lelah. Persoalan klasik yang terus menghantui daerah ini adalah Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang rendah. Seperti tubuh kekurangan gizi, energi fiskal Polman rapuh.
Menurut pengamat kebijakan daerah sekaligus akademisi, Muh. Sukri, akar persoalannya terletak pada basis ekonomi yang belum kuat.
Target peningkatan PAD selalu dicanangkan, tetapi tanpa strategi konkret hanya akan menjadi vitamin semu.
“PAD hanya bisa tumbuh bila ditopang sektor riil, mulai dari UMKM, pertanian modern, pengelolaan laut berkeadilan, hingga pariwisata berbasis budaya lokal,” jelasnya. Sabtu (6/9/25)
Beban belanja daerah membengkak, sementara ketergantungan pada transfer pusat tetap tinggi. Bila target PAD ditetapkan tanpa pijakan ekonomi kokoh, tubuh Polman yang lelah justru dipaksa berlari lebih cepat.
Joseph Stiglitz telah mengingatkan, kebijakan fiskal tanpa fondasi produktif hanya memperlemah daya tahan ekonomi.
Mutasi pegawai kerap dijadikan solusi instan. Mutasi dipersepsikan sebagai “vitamin” untuk menyegarkan kinerja birokrasi. Namun praktiknya, mutasi sering kali menyerupai operasi tanpa peta anatomi.
Organ dipindahkan sembarangan, pegawai sibuk beradaptasi, dan energi lebih banyak terkuras untuk bertahan ketimbang melayani masyarakat.
Muh. Sukri mengutip pemikiran Frederick Taylor tentang prinsip the right man in the right place dan Max Weber yang menekankan birokrasi berbasis kompetensi, bukan loyalitas politik.
Mutasi yang digerakkan kepentingan politik justru memperdalam kelelahan birokrasi.
Vitamin sejati Polman, menurut Sukri, bukanlah mutasi politik, melainkan penguatan ekonomi rakyat sebagaimana ditegaskan Amartya Sen dalam gagasan Development as Freedom.
Sektor produktif harus memiliki nilai tambah, birokrasi ditopang kompetensi, dan kebijakan lahir dari ruang dialog sebagaimana diingatkan Habermas.
Polman bukan tubuh yang sekarat, melainkan tubuh yang lelah. Untuk tubuh yang lelah, obatnya bukan pisau bedah yang sembrono, tetapi vitamin yang tepat: strategi ekonomi pro-rakyat, target PAD realistis, dan birokrasi profesional.
Bila seni membaca ini gagal, resep kebijakan justru bisa memperburuk keadaan: target menjadi fatamorgana, mutasi berubah jadi ritual, dan rakyat tetap menanggung kelelahan.
Editor : Huzair.zainal