get app
inews
Aa Text
Read Next : Mamasa Bicara untuk Nusantara: Merawat Kebhinekaan Lewat Dialog Budaya

“Siwaliparri”, Filosofi Gotong Royong Mandar yang Menjadi Akar Kekuatan Sosial Masyarakat Sulbar

Kamis, 01 Mei 2025 | 14:21 WIB
header img
Drs. Syahrial, menyebutkan bahwa filosofi ini tertanam kuat dalam relasi sosial warga, mulai dari keluarga, tetangga, hingga hubungan dengan alam.

POLEWALI MANDAR, iNewsPolman – Di tengah arus modernisasi yang kerap mengikis nilai-nilai tradisional, masyarakat Mandar di Sulawesi Barat tetap setia merawat warisan budaya yang sarat makna: Siwaliparri.

Sebuah filosofi hidup yang merangkum kasih sayang, gotong royong, harga diri, dan keterikatan batin, yang kini kembali digaungkan sebagai fondasi kehidupan sosial yang harmonis dan berkelanjutan.

Secara etimologis, Siwaliparri berarti gotong royong dalam kesusahan untuk mencapai tujuan bersama. Bukan sekadar istilah adat, tetapi spirit kolektivitas yang telah membentuk karakter masyarakat Mandar selama berabad-abad. Dalam kondisi apapun—baik suka maupun duka—nilai ini hidup dan menguatkan. Ketika satu jatuh, yang lain menopang. Ketika satu lemah, yang lain menguatkan.

Salah satu tokoh budaya Mandar, Drs. Syahrial, menyebutkan bahwa filosofi ini tertanam kuat dalam relasi sosial warga, mulai dari keluarga, tetangga, hingga hubungan dengan alam.

Siaya sanyangi—saling menyayangi—menjadi fondasi relasi. Kasih sayang ini inklusif, melampaui batas suku dan perbedaan,” ujar Syahrial saat ditemui wartawan di Polewali, Kamis (1/5/2025).

Nilai Siwaliparri hadir dalam setiap momen kehidupan masyarakat Mandar—baik dalam pesta adat, saat menghadapi musibah, hingga pembangunan kampung.

Dalam keseharian, konsep si wengan (berbagi) menjadi laku sosial yang tidak terikat oleh kelimpahan, melainkan oleh kesadaran bahwa kehidupan adalah saling mencukupi.

Di tengah realitas masyarakat yang makin individualistik, Siwaliparri menjadi penawar sekaligus jawaban. Nilai ini menanamkan semangat sisalili—keterikatan batin antara individu, antara tanah kelahiran dan tanah perantauan, antara masa lalu dan masa depan.

Hal ini tidak hanya memperkuat identitas kultural, tetapi juga memperkuat ketahanan sosial masyarakat Mandar.

Praktik Siwaliparri tak hanya diwujudkan dalam kegiatan gotong royong fisik, tapi juga dalam upaya pelestarian adat, lingkungan, dan hubungan sosial.

Nilai para maannang (memelihara) menuntun masyarakat menjaga laut, tradisi, dan nilai-nilai luhur. Sedangkan konsep siri atau harga diri menjadi kompas moral yang menjaga masyarakat tetap berada dalam jalur etika.

Dengan menghidupkan kembali nilai Siwaliparri, masyarakat Mandar diyakini akan mampu menghadapi tantangan zaman tanpa kehilangan jati diri.

Gotong royong bukan hanya menjadi warisan budaya, melainkan strategi sosial yang adaptif.

Di balik filosofi ini, tersimpan harapan agar generasi mendatang tetap hidup dalam kasih, memberi tanpa pamrih, menjaga martabat, dan melangkah bersama menuju masa depan yang lebih baik.

“Siwaliparri adalah wajah asli Mandar—penuh kasih, kuat dalam kebersamaan, dan kokoh menjaga martabat.”

Editor : Huzair.zainal

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut